Lazada Affiliate

Koperasi Pangan Paling Tertinggal

Beberapa koperasi masih sangat tertinggal di negeri ini.

Koperasi yang bidang usahanya berkaitan dengan pertanian tanaman pangan atau koperasi pangan, merupakan jenis koperasi yang paling tertinggal di Jawa tengah.


http://myskywriting.blogspot.com/
Ilustrasi Kegitan Usaha

Sumber: kompas 18 juli 2003

Dibandingkan dengan koperasi simpan pinjam, koperasi perikanan, dan koperasi susu perah, ternyata koperai pangan di Jawa Tengah sama sekali tidak menunjukkan perkembangan sejak tahun 1998. Sebaliknya justru menunjukkan tren penurunan volume asing.

Penyebab penurunan itu, antara lain kehidupan petani yang tidak pernah sejahtera akibat kebijakan pertanian yang kurang tepat.

Menurut Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jateng, Edhy Sutanto mengutarakan, pada tahun 1998 jumlah koperasi simpan pinjam di Jateng berkisar 4.000 unit. Jumlah ini terus meningkat hingga pada saat ini tercatat sekitar 7.000 koperasi simpan pinjam. Perkembangan jumlah koperasi ini disertai pertambahan dana milik koperasi tersebut.

Edhy memperkirakan, saat ini seluruh koperasi simpan pinjam di Jateng mengelola dana sekitar Rp728 miliar. “Jumlah dana yang mereka pinjamkan ke masyarakat juga sangat besar, yaitu sekitar Rp2,1 triliun.

Koperasi perikanan atau yang dikenal Koperasi Unit Desa (KUD) Mina, menurut Edhy, juga mengalami perkembangan yang luar biasa. KUD Mina mampu memberikan dana pinjaman bagi nelayan di Jateng saat terjadi musim paceklik.

Bukan itu saja, Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) Mina kini mengelola tiga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan memiliki lima pabrik es. Jumlah solar yang dijual SPBU milik Puskud Mina bisa mencapai ribuan liter. Sedangkan balok es yang dijual bisa mencapai ribuan ton. Menurut Edhy, perkembangan yang lebih fantastis lagi terjadi pada koperasi susu perah di Jateng.

Sebanyak 21 koperasi susu perah yang ada kini telah bergabung dengan koperasi susu dari Yogyakarta untuk mendirikan pabrik susu kental manis di Kabupaten Boyolali. Pabrik susu milik Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) ini diperkirakan akan beroperasi tahun depan.

Sebaliknya, koperasi pangan justru menunjukkan tren penurunan sejak reformasi bergulir tahun 1998. Humas Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jateng Bima Kartika mengutarakan, penurunan volume usaha koperasi pangan mulai terjadi saat pemerintah meniadakan kredit yang bersifat program atau bantuan. “Sekarang kredit pertanian sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar.

Koperasi pertanian (pangan) tidak siap menghadapinya, karena mereka selama ini terbiasa mengikuti program pemerintah,” kata Bima. Akibatnya, hampir semua (578 unit) KUD bidang pertanian yang ada di Jateng mengalami penurunan volume usaha. Menurut Edhy, selain faktor ketidaksiapan manajemen dalam menghadapi mekanisme pasar, penurunan volume usaha juga disebabkan terus terpuruknya kesejahteraan petani.
Koperasi pangan meningkatkan kesejahteraan petani karena kesejahteraan petani sangat dipengaruhi oleh kebijakan pertanian yang dibuat pemerintah pusat. “Kebijakan harga dasar gabah, misalnya. Pemerintah nyaris tidak pernah menaikkan harga dasar gabah dari tahun ke tahun. Padahal, harga pupuk setiap tahun selalu dinaikkan. Belum lagi kebijakan impor beras. Beras impor yang membanjiri pasar dalam negeri membuat harga gabah petani anjlok.

Penerimaan petani tidak sesuai dengan modal yang mereka keluarkan. “Kalau begitu terus, bagaimana petani bisa makmur?”

Simak terus postingan di blog ini untuk mendapatkan informasi berharga buat anda yang akan saya bocorkan kepada anda.

FEATURED POST

Prospek Usaha Online Di Situs LinkedIn

PROSPEK USAHA ONLINE BARU YANG MASIH KURANG TERSENTUH Merintis usaha dari media social yang masih sepi pemain. LinkedIn adalah salah sa...